Selasa, 21 Desember 2010

ASKEP INKONTINENSIA PADA LANSIA

A. PENDAHULUAN
Sistem renal dan urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra . Ureter , kandung kemih, dan uretra terutama sebagai system penyimpanan dan transportasi untuk pengeluaran urine dari dalam tubuh ketika telah dibentuk oleh ginjal. Ginjal secara fisiologis lebih kompleks dan secara vital terlibat dalam penampilan fungsi homeostasis yang sangat penting.

B. PERUBAHAN STRUKTUR DAN FUNGSI PADA SISTEM RENAL DAN URINARIA
Peubahan struktur Perubahan fungsi
Membarn basalis glomerulus menebal GFR sering menurun.
Total permukaan glomerular berkurang Kemampuan konsentrasi menurun
Panjang dan volume tubulus proksimal menurun Nokturia sering terjadi
Pada tubulus distal berkembang divertikula Serum kreatinin tetap sama
Sirkulasi renal berubah atau berkurang Kecenderungan h\kehilangan garam tidak diketahui.
Kapasitas kandung kemih menurun Metabolisme kalsium dan vitamin D mungkin terpengaruhi
Volume residual meningkat Mekanism homeostasis berubah dan menjadi lebih sulit
Terjadi kontraksi kandung kemih secara involunter. Frekuensi meningkat,interval antara keinginan dan berkemih menurun.

C. PERUBAHAN NORMAL PADA SISTEM RENAKL DAN URINARIA AKIBAT PENUAAN
PERUBAHAN NORMAL TERKAIT USIA IMPLIKASI KLINIS
Penebalan dasar membran Filtrasi darah kurang efisien
Penurunan area permukaan glomerulus
Penurunan panjang dan volume tubulus proksimal
Penurunan aliran darah vaskular
Penurunan massa otot yang tidak berlemak Penurunan total cairan tubuh
Peningkatan total lemak tubuh Resiko dehidrasi
Penurunan cairan intrasel
Penurunan sensasi haus
Penurunan kemampuan untuk memekatakan urine
Penurunan hormon yang penting absorbsi kalsium dari saluran gastrointestinal Peningkatan resiko osteoporosis
Penurunan kapasitas kandung kemih Peningkatan resiko inkontinensia
Peningkatan residu
Peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak disadari
Atropi otot kandung kemih secara umum


D. ASKEP PADA PASIEN DENGAN INKONTINENSIA
Temuan fisik pada pengkajian head to toe

Sistem Temuan pemeriksaan fisik
Integument Lemak subkutan menyusut
Kulit kering dan tipis, rentan terhadap trauma dan iritasi, serta lambat sembuh
Mata Arcus senilis, penurunan visus
Telinga Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara
Kardiopulmonari Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah bekurang. Terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik. Kapasitas vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang.
Walaupun tak ada kelainan paru dapat terdengar ronki basal
Musculoskeletal Massa tulang berkurang , lebih jelas pada wanita . jumlah dan ukuran otot berkurang.
Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai pula oleh kehilangan cairan
Gastrointestinal Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang , daya pengecap produksi saliva menurun
Neurologi Rasa raba juga berkurang , arm-swing, langkah menyempit, dan pada pria agak melebar. Selain itu,terdapat potensi perubahan pada status mental.

Inkontinensia dapat berupa inkontinensia fekal dan inkontinensia urine.
INKONTINENSIA FEKAL
Inkontinensia fekal biasanya akibat daristatis fekal dan impaksi yang disretai penurunan aktivitas , diet yang tidak tepat , penyakit anal yang nyeri yang tidak diobati, atau konstipasi kronis. Inkontinensia fekal juga dapat disebabkan oleh penggunaan laksatif yang kronis, penurunan asupan cairan, defisit nuerologis, pembedahan pelvik, prostat, atau rektum serta obat-obatan seperti antihistamin, psikotropik, dan preparat besi.
a. Tanda dan gejala
• Pembesaran feses yang terus menerus dari rektum
• Ketidakmampuan megenali kebutuhan defekasi
• Kram abdomen dan distensi
• Kemungkinan impaksi fekal
b. Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan rektum digital dapat meyingkirkan kemumgkinan impaksi fekal.
• Kolonoskopi mungkin diperlikan untuk mendeteksi gangguan usus lainnya.
c. Penanganan
Pasien yang menderita inkontinensia fekal harus dikaji penyebab masalah yang mendasari penyakitnya dengan cermat. Jika masalahnya adalah tonus sfingter anal yang buruk, latihan otot-otot panggul dapat membantu mengoreksinya. Lansia dapat diajarkan untuk mengontraksikan dan merilekskan sfingteranal dalam program latihan yang teratur untuk mengustksn otot-otot tersebut.
Jika penyebabnya karena impaksi, sumbatan harus dihilangkan dengan enema atau secara manual. Enema dan supositoria dapat digunakan secara berulang untuk mendapatkan evakuasi feses yang tuntas. Jika penyebabnya karena proktitis, enema kortikosteroid yang diresepkan dapat bermanfaat.
d. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA DAN KRITERIA HASIL
• Inkotinensia fekal berhubuhan dengan kerusakan neuromuskuler, diare, impaksi felal, atau kerusalan kognitif
Kriteria hasil:
Pasien akan dapat mengendalika defekasi setelahlatihan kembali defekasi.
• Ansietas berhubungan dengan inkontinensia fekal
Kriteria hasil :
Pasien akan mengungkapkan perasaannya mengenai kecemasan dan mengetahui maekanisme koping.
• Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia fekal
Kriteria hasil :
Pasien akan mempertahankan integritas kulit.
e. Intervensi keperawatan
• Jadwalkan waktu tambahan untuk mendorong dan memberi dukungan pada pasien serta untuk mengurangi perasaan malu, memelukan , atu tidak berdaya akibat kehilangan pengendalian. Puji keberhasilan upaya pasien.
• Mulai program toileting terjadwal dengan mengkaji pasien agar mengetahui kapan waktu defekasi rutinnya ( seg\bagai contoh,setelah sarapan pagi atau setelah minum hangat lainnya). Ingatkan pasien dan bantu menggunakanya.Pastikan ia mengetahui letak toilet dan temani pasien untuk memastikan ia telah berdefekasi secara sempurna.
• Pertahankan perawatan higiene yag efektif untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mencegah kerusakan kulit dan infeksi.
• Dorong pasien untuk makan diet kaya serat dengan sayur-sayuran berdaun kasar(seperti wortel dan selada ), buah tidak dikupas ( apel ), dan gandum utuh ( seperti gandum atau roti gandum dan sereal ), kulit padi merupakan sumber serat terbaik.
• Anjurkan asupan cairan yang adekuat (8 sampai 10 gelas air per hari jika kondiri pasien memungkinkan )
• Tingkatkan latihan yang teratur dengan menjelaskan cara latihan untuk menggunakan defekasi yang teratur, bahkan pasien yang melakukan ambulasi dapat melakukan latihan sambil duduk atau berbaring di tempat tidur.
f. Penyuluhan Pasien
• Ajarkan pasien untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan laksatif jika perlu. Tekankan bahwa penggunaan laksatif yang dijual bebas untuk meningkatkan defekasi teratur dapat meyebabkan efek berlawanan dan menyebabkan konstipasi atau inkkontinensia sepanjang waktu.
• Anjurkan penggunaan laksatif alami, seperti buah prem atau jus buah prem.

INKONTINENSIA URINE
a. DEFINISI
Inkontinensia urine adalah
pengeluaran urine tanpa disadari dalam jumlah yang banyak dan frekwensi yang cukup yang menyebabkan gangguan kesehatan dan sosial.
Inkontinensia urine bukan merupakan tanda-tanda normal penuaan. Jutaan lansia mengalami beberapa kehilangan kendali volunter. Masalah kontinensia urinarius dibagi menjadi akut atau persisten dan inkontinensia total. Inkontinensia akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya akibat dari penyakit akut. Inkontinensia akut juga dapat akibat dari obat, terapi, dan faktor lingkungan.Inkontinensia persisten diklasifikasikan menjadi inkontinensia urgensi, inkontinensia Stres, inkontinensia Overflow, dan inkontinensia fungsional.
Inkontinensia urgensi adalah keinginan kuat yang tiba-tiba untuk berkemih disertai keluarnya urine. Inkontinensia stres adalah keluarnya urine dengan tiba – tiba akibat aktivitas tertawa, bersin, batuk, mengangkat beban, melompat, atau membungkuk. Inkontinensia overflow adalah sering keluarnya urine atau kadang konstan akibat kandung kemih yang penuh. Inkontinensia fungsional terjadi akibat imobilitas atau kerusakan kognitif dengan saluran kemih bawah tetap utuh.
b. ETIOLOGI
Penyebab inkiontinensia akut mencakup konfusi, dehidrasi, obat yang diresepkan, ureteritis, dan vaginitis atrofik. Infeksi, khususnya infeksi saluran kemih (ISK) simtomatik, juga dapat meyebabkan inkontinensia. Inkontinensia urine juga dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan endokrin, seperti hiperkalsemia dan hiperglikemia. Keterbatasan mobilitas atau penyakit yang menyebabkan retensi urine dapat mencetuskan inkontinensia urine atau akibat dari depresi pada lansia.
Inkontinensia urgensi akibat dari kontraksi kandung kemih volunter. Iritasi otot detrusor ( oto luar yang meyelubungi kandung kemih ) yang disebabkan oleh faktor menyebabkan iritasi likal sepertiinfeksi, batu, tumor, atau obstruksi dapat menyebabkan inkontinensia urgensi, seperti hiperaktivitas otot detrusor yang dapat akibat dari cedera serebrovaskuler, penyakit spina suprasakral, penyakit parkinson,demensia, dan penyakit demieliniasi.
Inkontinensia stres disebabkan oleh kelemahan anatomik pada dasar panggul. Trauma perineal,kelemahan jaringan terkait dengan penuaan, kekurangan estrogen, kerusakan saraf pudendal, dan traumaginekologik akibat pembedahandapat mentebabkan klemahan dasar panggul.
Inkontinensia overflow terjadi ketika kandung kemih menjadi terlalu tegang akibat pengosongan yang tidak sempurna.lansia sering tidak mampu merasakan kandung kemih yang penuh. Diabetes dan obat- obatan yang mentebabkan retensi urine seperti analgesik, psikotropik, agonis beta – adrenergik, penyakit salurankalsium, dan agens antikolinergik seperti sklerosis multiple atau lesi suprasakral.
Inkontinensia fungsional disebabkan oleh gangguan pada runititas kontinensia individu tersebut. Imobilitas dan kerusakan kognitif merupakan dua penyebab umum. Pemakaian restrei fisik atau kimia atau pembatasan lingkungan seperti sisi pengamanan dapat menyebabkan inkontinensia fungsional pada lansia. Masalah psikologis, seperti depresi, atau gangguan bipolar, merupakan penyebab lainnya.
c. TANDA DAN GEJALA
• Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah mulai berkemih.
• Desakan, frekwensi, dan nokturia
• Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urine ketika tertawa, bersin, melompat, batuk, membungkuk
• Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urine yang buruk atau lambat dan merasa menunda atau mengejan
• Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urine yang adekuat
• Higiene buruk atau tanda – tanda infeksi
• Kandung kemih terletak di atas simfisis pubis
c. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah, dan glukosa dalam urine.
 Uroflowmetri digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan obstruksi pintu bawah kandung kemih denan mengukur laju aliran kitika pasien berkemih.
 Cysometri digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskuler kandung kemih denagn efisiensi reflek otot detrusor, tekanan dan kapasitas intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas.
 Urografi ekskretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk untuk mengevaluasistruktur dan fungsi ginjal
 Kateterasi residu pascakemih digunakan untuk mementukan luasnya pengosongan kandung kemih dan jumlah dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih setelah pasien berkemih.
d. PENANGANAN
Terapi obat dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik deresepkan jika inkontinensia akibat inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat antukolinergik digunakan untuk memperbaiki fungsi kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot detrusor. Obat antispasmodik diresepkan untuk hiperrefleksia detrusor untuk menekan aktivitas otot polos kandung kemih. inkontinensia kadang diterapi dengan obat antidepresan.
Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan wqaktu berkemih, penyegaran berkemih, dan latihan otot panggul. Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi kognitif yang utuh yang mengalami inkontinensia stres. Latihan kebiasaan , bermanfaat bagi pasien yang mengalami demensia atau kerusakan kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih yang tetap, biasanya setiap 2 sampai 4 jam. Tujuannya adalah pasien berkemih sebelum secara tidak sengaja berkemih. Latihan kembali berkemih dapat bermanfaat bagi pasien dengan fungsi kognitif yang utuh. Latihan ini mengajarkan pasien menahan desakan berkemih.
Spiral dapat diressepkan untuk pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi, seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik.penngunaan kondom jangka pendek dapat diresepkan bagi pasien pria untuk membantunya mencegah berkemih secara tidak sengaja dengan efektif. Penggunaan kondom secara terus menerus harus dihindari, karena dapat menyebabkan ISK dan iritasi kulit.pada pria yang mengalami inkontinensia akibat hipertrofi prostat, penanganan dapat mencakup reseksi transurenal prostat atau prostatektomi terbuka. pembedahn dapat digunakan untuk menghilangkan lesi yang menyumbat yang menyebabkan inkontinensia atau overflow.
Obat- obatan untuk klian dengan inkontinensia:
a) Bila penyebab inkontinensia adalah stres, maka obat yang diberikan adalah phenylpropanolamine, estrogen/ progestin.
b) Bila penyebab inkontinensianya akibat urgensi, maka beri obat propantheline, imipramie, dan dicyclomine.
c) Bila penyebab akibat retensi, maka diberi obat bethanecol.
d) Dan bila akibat retensi, maka diberi obat phenoxybenzamine.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA DAN KRITERIA HASIL

Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan penyebab yang mendasari inkontinensia urine
kriteria hasil :
pasien akan mencapai kontinensia

Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inkontinensia urine
kriteria hasil :
Pasien akan mempertahankan integritas kulit.

Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan inkontinensia
kriteria hasil :
Pasien akan mengkomunikasikan perasaan positif mengenai perubahan citra tubuh.


INTERVENSI KEPERAWATAN

 Jelaskan semua pemeriksaan dan prosedur kepada pasien anda. Fasilitasi pasien untuk mengajukan pertanyaan, dan jawaban dengan jujur. Berikan privasi untuk diskusi apapun.
 Berikan antibiotik dan obat lainnya,sesuai program.
 Orientasikan pada pasien ke lokasi kamar mandi dan alat panggil. Berikan pencahayaan yang adekuat di dalam kamar mandi untuk membantu pasien terhindar dari kecelakaan selama malam hari. Jika ia membutuhkan bantuan ke kamar mandi , tawarkan padanya setiap 2 jam atau ketika ia terjaga.
 Jelaskan rutinitas latihan berkemih dan pasang jadwal tersebut. Bantu pasien yang mendapat latihan berkemih untuk latihan napas guna menunda desakan berkemih.Berikan penguatan positif yang cukup untuk semua upaya ke arah inkontinensia.
 Berikan perawatan perineal yang sering, dan perhatikan lansia apakah ada kerusakan kulit. Cuci dengan sabun ringan dan air , dan keringkan kulit dengan menepuk – nepuknya. Cudi dari arah depan kebelakang untuk menghindari penyebaran kontaminasi.
 Bantu pasien memasukkan spiral, sesuai program. Jika katerisasi intermiten diprogramkan, lakukan tepat waktu dan dokumentasikan jumlah urine yang kembali tertampung.
 Untuk pasien pasca operasi, catat pengukuran asupan dan haluaran yang akurat . Berikan perawatan kateter dan ambulansikan pasien sesegera mungkin.
 Penyesuian faktor lingkungan selaku tindakan pencegahan bagi klien inkontinensia:
a. Perhatikan pencahayaan dan faktor serupa mengenai akses ke toilet.
b. lengkapi toilet dengan pegangan dan semacamnya.

PEYULUHAN PASIEN

 Ajarkan lansia mengenai cara kerja dan efek merugikan obat yang diresepkan. Jika pemberian antibiotik diprogramkan , tekankan pentingnya meminum semua pil yang diresepkan.
 Jelaskan semua prosedur dan alat yang digunakan untuk memperbaiki atau mengatasi inkontinensia urine. Jika latihan kebiasaan termasuk dalam rencana terapi, pastikan untuk melibatkan anggota keluarga pasien dan pemberi perawatan lainnya dalam rencana penyuluhan.
 Jika pasien mengikuti latihan berkemih, tunjukkan cara menekan desakan berkemih dengan bernapas lambat dan dalam. Anjurkan pada pasien mempraktikan prosedur ini.
 Ajarkan pada pasien pria cara memasang dan memeakai kateter kondom, dan tunjukkan cara menghindari komplikasi seperti dermatitis kontak dan maserasi penis, iskemia,serta obstruksi.

AKTIVITAS PEYULUHAN KESEHATAN

a) Minta bantuan kolaboratif dari pihak yang berkompeten.
b) Minum air 8-10 gelas per hari , tapi kurang di malam hari.
c) Jangan berpatokan pada rasa haus, tapi minumlah sesuai anjuran di atas.
d) Hindari minuman yang mengandung alkohol dan kafein, apalagi di malam hari.
e) Cegah hal- hal yang dapat berakibat konstipasi
f) Minumlah 1-2 gelas air sebelum atau selama melakukan kegiatan yang menguras keringat.

PANDUAN PENGAJARAN UNTUK LATIHAN KEGEL DAN BLADDER TRAINING

Latihan Pelvis Kegel:
1. Anda harus melakukan latihan ini minimal selama 6 minngu sebelum Anda mengetahui apakah latihan tersebut dapat membantu. Otot – otot akan mengalami kekuatan penuh setelah 3 bulan.
2. Otot-otot ynag terlibat adalah otot-otot yang digunakan untuk menahan urine ketika Anda merasa harus ke kamar kecil. Cobalah untuk ke kamar kecil dan kemudian hentikan aliran urine tanpa mengencangkan oto perut Anda. Hal ini adalah cara untuk melakukan latihan.
3. Kontraksi dan relaksasikan otot-otot ini 4 kali per hari dan lakukan pengulangan sebanyak 15 kali setiap kali latihan. Secara keseluruhan , berarti 60 kali setiap harinya.Suatu cara yang mudah untuk mengingatnya adalah dengan melakukan latihan tersebut sebelum makan dan pada saat akan tidur.

BLADDER TRAINING

1. Pertama buat catatan harian selama 5 hari untuk mencatat waktu berkemih Anda. masukkan semua, baik saat Anda melakukannya ke toilet atau tidak.
2. Lihat catatan harian Anda dan temukan interval terpendek yang Anda miliki di antara waktu – waktu tersebut.
3. Tambahan 30 menit terhadap interval tersebut. Sebagai contoh, jika interval terpendek yang Anda miliki di antara berkemih dengan berkemih selanjutnya adalah 20 menit, kemudian anda menambahkan 30 menit sehingga menjadi 50 menit.
4. Untuk berikutnya, pergilah ke kamar kecil setaap 50 menit, Apakah Anda merasa perlu atau tidak.Jika anda merasa harus pergi ke kamar kecil lebih cepat, coba tahan dan alihkan perhatian anda dengan cara menonton Tv,berbicara telepon atau apapun yang dapat anda pikirkan.
5. Setelah minggu pertama, tambahkan 30 menit lagi(anda sekarang akan menahan urine selama 1 jam 20 menit misalnya )
6. Tambahkan 30 menit setiap minggu sampai anda dapat berkemih dengan jarak waktu 3-4 jam.Hal ini adalah yang sebagaian besar orang lakukan , sehingga anda kembali normal.Pastikan untuk memeriksa interval Anda sejak sekarang dan kemudian pastikan bahwa anda tetap mengikuti jadwal seperti ini.



 
                                                         DAFTAR PUSTAKA

Jaime,L Stockslager.2007.Buku Asuhan Keperawatan Geriatik Edisi 2.Jakarta : EGC

R.Siti Maryam,S.Kp..Ns.dkk.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta       Salemba Medika

Stanley,Mickey.2006. Buku Ajar KeperawatanGerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Tamher, S.noorkasiani.2009. kesehatan Usia Lanjur Dengan Pendekatan Asuhan  Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar